Selasa, 16 Juni 2015

Tolak Ukur Tidak Menjadi Batu Sandungan


Tidak Menjadi Batu Sandungan

            Dalam menjalani aktivitas kita sehari-hari, tentu kita pasti sering merenung dan bergumul, apakah sikapku menjadi batu sandungan atau tidak?. Tentu sikap yang menjadi batu sandungan adalah penyebab orang tersandung. Karena kita orang lain tersandung dan jatuh dalam keterpurukan. Penting bagi kita menyadari apakah sikap kita akan menjadi batu sandungan bagi orang lain atau tidak. Alangkah sangat baik bagi kita menyenangkan hati Allah dengan menjadi saluran berkat-Nya bagi setiap orang, bukan malah sebaliknya yaitu menjadi batu sandungan. Nah, berikut ini ada 5 hal yang akan membukakan pikiran kita dan menyadarkan kita apakah kita menjadi batu sandungan bagi orang lain, atau menjadi batu pijakan bagi setiap orang.
1.      Mengasihi Kristus
Semua tindakan dan sikap kita alangkah lebih baik dibatasi oleh kasih kita kepada Kristus yang telah terlebih dahulu mengasihi kita. Dalam arti, ketika kita mengetahui sikap kita (Mungkin) tidak berkenan di hadapan-Nya, maka sebaiknya tidak kita lakukan. Ingat akan hukum utama yang Tuhan Yesus ingatkan kepada kita yaitu “Kasihilah sesamamu manusia seperti kamu mengasihi dirimu sendiri”, jika kita mengasihi seseorang tentu kita tidak akan melakukan hal yang tidak ia sukai, kita tidak akan melukai hatinya. Sebaliknya, kita akan berjuang melakukan segala sesuatu yang menyenangkannya.
2.      Memikirkan Yang Orang Lain Pikirkan
Hal yang juga harus menjadi pertimbangan adalah status dan jati diri kita yang kita miliki (Orang Kristen), apa yang orang lain pikirkan tentang kita mengenai itu. Ambil sikap dengan memposisikan diri menjadi orang lain yang memperhatika sikap dan tingkah laku kita, apakah baik atau tidak?. Kita tidak hidup sendiri, tentu mau tidak mau, pemikiran dan penilaian orang lain juga harus dipertimbangkan. Apalagi kita adalah dutanya Kristus.
3.      Menghargai Norma dan Tradisi
Selama tradisi dan budaya dimana kita berada itu baik dan tidak bertentangan dengan firman Tuhan, maka tradisi dan budaya itu juga merupakan tolak ukur yang baik. Tidak ada salahnya mengucapkan “Permisi” ketika kita mencari celah untuk melewati sekerumunan orang banyak, bukan? Tidak ada salahnya juga kita membungkukkan badan ketika harus melalui orang yang sedang duduk ramai-ramai. Apalagi etika bicara kita dan tingkah laku kita kepada orang lain, tentu itu akan menjadi penilaian orang lain bagi kita. Nah yang sering menggunakan jejaring sosial juga perlu, salah satunya dengan memperhatikan “Netiket” yang ada. Kita adalah duta Kristus, sepatutnya kita menjadi pijakan bukan sandungan bagi orang lain.
4.      Bermanfaat dan Membangun
Segala sesuatu yang kita lakukan harusnya bermanfaat, berguna, dan membangun, bukan malah melakukan perbuatan yang memunculkan gunjingan dan menjadi batu sandungan bagi orang lain (1 Korintus 10:23). Oleh sebab itu kita sebagai orang Kristen dituntut untuk tidak sembarangan dalam bertindak dan merespon suatu keadaan. Ketika kita dijatuhkan, jangan izinkan hati menerima kejatuhan, karena ketika kita lemah orang lain akan semakin menghina kita. Justru dengan guncangan itu, kita dapat bangkit dengan akal budi kita dan menjadi teladan bagi orang lain. Tidak ikut-ikutan dengan dunia ini.
5.      Totalitas
Dalam mengerjakan atau melakukan segala hal, baiknya dilakukan dengan tidak setengah-setengah (suam-suam kuku). Apa pun yang menjadi tanggung jawab kita, entah itu di keluarga, tempat tinggal, kampus, organisasi & persekutuan (IMKP), dan lain-lain, kerjakanlah dengan sebaik mungkin dan sepenuh hati. Apapun peran kita, entah itu sebagai ayah, ibu, anak, karyawan, pelayan, mahasiswa, warga negara, dan sebagainya, hendaklah dijalani secara total (Penkhotbah 9:10). Apabila diberi tanggu tanggung jawab, maka kerjakan dengan sepenuh hati layaknya mengerjakan pelayanan yang dipercayakan kepada kita. Maka Kristus pun akan dimuliakan.
            Mari kita sama-sama berjuang untk dapat menjadi batu pijakan bagi orang lain dengan sikap yang tidak menyandung orang lain. Dari hal diatas maka ambil sikap yang mau memberi diri untuk Tuhan kita Yesus Kristus dan melayani dengan hati yang sungguh, maka hidup ini akan dipenuhi berkat yang berlimpah-limpah. Tiada alasan bagi kita untuk tidak mampu melakukan perbuatan baik dalam segala hal, karena Kristus telah memampukan kita. Jangan menjadi batu sandungan, karena kita tidak akan menghasilkan apa-apa, jadilah batu pijakan yang tentu akan membawa berkat bagi orang lain. “Ketika kita izinkan hati ini lemah, maka kita lah yang salah. Jangan menyerah dengan komitmen itu, karena Tuhan tidak salah.”

                                                                                                 #Penulis Artikel: B. A.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar