Kamis, 25 Juni 2015

Rapat Anggota Tahunan IMKP 2015

Puji Tuhan RAT kita yang dilaksanakan pada:

Tanggal : 26 Juni 2015
Tempat                :Gedung Anex UNTAN
Sukses dilaksanakan.

Berikut nama-nama pengurus baru IMKP Periode 2015/2016
1.       Pengurus Inti
a.       Ketua                    : Boby Alkadita
b.      Sekretaris            : K. Gias Kanti
c.       Bendahara          : D. Cinta Fortunata
2.       Divisi-divisi
a.       Komisi Persekutuan dan Doa
-          Irfansius
-          Afersa
-          Ida Bugi
b.      Humas
-          Cia Mantir
-          Yuni Kartika
c.       Komisi Pembinaan
-          Refo Manuel
-          Resna Januarti
d.      Perlengkapan
-          Rony
-          Charles Armando

Kami mengucapkan terima  kasih kepada Pembantu Dekan III yang bersedia hadir dan membuka acara RAT IMKP 2015, Pembina IMKP yang bersedia hadir, dan Abang-abang dan Kakak-kakak alumni IMKP yang selalu setia mendukung pelayanan IMKP baik doa maupun dana, dan seluruh Anggota IMKP yang ikut mendukung dalam pelayanan ini. Tuhan Yesus memberkati, Amin.











Selasa, 16 Juni 2015

Tolak Ukur Tidak Menjadi Batu Sandungan


Tidak Menjadi Batu Sandungan

            Dalam menjalani aktivitas kita sehari-hari, tentu kita pasti sering merenung dan bergumul, apakah sikapku menjadi batu sandungan atau tidak?. Tentu sikap yang menjadi batu sandungan adalah penyebab orang tersandung. Karena kita orang lain tersandung dan jatuh dalam keterpurukan. Penting bagi kita menyadari apakah sikap kita akan menjadi batu sandungan bagi orang lain atau tidak. Alangkah sangat baik bagi kita menyenangkan hati Allah dengan menjadi saluran berkat-Nya bagi setiap orang, bukan malah sebaliknya yaitu menjadi batu sandungan. Nah, berikut ini ada 5 hal yang akan membukakan pikiran kita dan menyadarkan kita apakah kita menjadi batu sandungan bagi orang lain, atau menjadi batu pijakan bagi setiap orang.
1.      Mengasihi Kristus
Semua tindakan dan sikap kita alangkah lebih baik dibatasi oleh kasih kita kepada Kristus yang telah terlebih dahulu mengasihi kita. Dalam arti, ketika kita mengetahui sikap kita (Mungkin) tidak berkenan di hadapan-Nya, maka sebaiknya tidak kita lakukan. Ingat akan hukum utama yang Tuhan Yesus ingatkan kepada kita yaitu “Kasihilah sesamamu manusia seperti kamu mengasihi dirimu sendiri”, jika kita mengasihi seseorang tentu kita tidak akan melakukan hal yang tidak ia sukai, kita tidak akan melukai hatinya. Sebaliknya, kita akan berjuang melakukan segala sesuatu yang menyenangkannya.
2.      Memikirkan Yang Orang Lain Pikirkan
Hal yang juga harus menjadi pertimbangan adalah status dan jati diri kita yang kita miliki (Orang Kristen), apa yang orang lain pikirkan tentang kita mengenai itu. Ambil sikap dengan memposisikan diri menjadi orang lain yang memperhatika sikap dan tingkah laku kita, apakah baik atau tidak?. Kita tidak hidup sendiri, tentu mau tidak mau, pemikiran dan penilaian orang lain juga harus dipertimbangkan. Apalagi kita adalah dutanya Kristus.
3.      Menghargai Norma dan Tradisi
Selama tradisi dan budaya dimana kita berada itu baik dan tidak bertentangan dengan firman Tuhan, maka tradisi dan budaya itu juga merupakan tolak ukur yang baik. Tidak ada salahnya mengucapkan “Permisi” ketika kita mencari celah untuk melewati sekerumunan orang banyak, bukan? Tidak ada salahnya juga kita membungkukkan badan ketika harus melalui orang yang sedang duduk ramai-ramai. Apalagi etika bicara kita dan tingkah laku kita kepada orang lain, tentu itu akan menjadi penilaian orang lain bagi kita. Nah yang sering menggunakan jejaring sosial juga perlu, salah satunya dengan memperhatikan “Netiket” yang ada. Kita adalah duta Kristus, sepatutnya kita menjadi pijakan bukan sandungan bagi orang lain.
4.      Bermanfaat dan Membangun
Segala sesuatu yang kita lakukan harusnya bermanfaat, berguna, dan membangun, bukan malah melakukan perbuatan yang memunculkan gunjingan dan menjadi batu sandungan bagi orang lain (1 Korintus 10:23). Oleh sebab itu kita sebagai orang Kristen dituntut untuk tidak sembarangan dalam bertindak dan merespon suatu keadaan. Ketika kita dijatuhkan, jangan izinkan hati menerima kejatuhan, karena ketika kita lemah orang lain akan semakin menghina kita. Justru dengan guncangan itu, kita dapat bangkit dengan akal budi kita dan menjadi teladan bagi orang lain. Tidak ikut-ikutan dengan dunia ini.
5.      Totalitas
Dalam mengerjakan atau melakukan segala hal, baiknya dilakukan dengan tidak setengah-setengah (suam-suam kuku). Apa pun yang menjadi tanggung jawab kita, entah itu di keluarga, tempat tinggal, kampus, organisasi & persekutuan (IMKP), dan lain-lain, kerjakanlah dengan sebaik mungkin dan sepenuh hati. Apapun peran kita, entah itu sebagai ayah, ibu, anak, karyawan, pelayan, mahasiswa, warga negara, dan sebagainya, hendaklah dijalani secara total (Penkhotbah 9:10). Apabila diberi tanggu tanggung jawab, maka kerjakan dengan sepenuh hati layaknya mengerjakan pelayanan yang dipercayakan kepada kita. Maka Kristus pun akan dimuliakan.
            Mari kita sama-sama berjuang untk dapat menjadi batu pijakan bagi orang lain dengan sikap yang tidak menyandung orang lain. Dari hal diatas maka ambil sikap yang mau memberi diri untuk Tuhan kita Yesus Kristus dan melayani dengan hati yang sungguh, maka hidup ini akan dipenuhi berkat yang berlimpah-limpah. Tiada alasan bagi kita untuk tidak mampu melakukan perbuatan baik dalam segala hal, karena Kristus telah memampukan kita. Jangan menjadi batu sandungan, karena kita tidak akan menghasilkan apa-apa, jadilah batu pijakan yang tentu akan membawa berkat bagi orang lain. “Ketika kita izinkan hati ini lemah, maka kita lah yang salah. Jangan menyerah dengan komitmen itu, karena Tuhan tidak salah.”

                                                                                                 #Penulis Artikel: B. A.

Senin, 15 Juni 2015

The Active Kindness! (Kebaikan Aktif)

The Active Kindness!
(Kebaikan Aktif)
[Matius 7: 12-23]

SALAH SATU FALSAFAH hidup orang Tiongkok mengatakan: “Apa saja yang engkau  tidak mau orang lain lakukan kepadamu, jangan lakukan itu pada orang lain.” Ajaran ini diterima banyak orang untuk diteruskan pada generasi berikutnya sebagai salah satu “pagar moral” bangsa. Inti dari prinsip ini adalah sebelum melakukan tindakan yang negative, orang diajak untuk berpikir terlebih dahulu. Jika orang lain melakukan hal ini pada diri saya, apakah saya akan merasa senang? Jika tidak, jangan lakukan hal itu kepada orang lain. Jika falsafah ini diterapkan secara universal, niscaya kejahatan akan jauh berkurang.
Falsafah hidup seperti itu tentu merupakan prinsip hidup yang baik. Namun bagi orang Kristen, kita memiliki falsafah hidup sendiri, yaitu sesuai dengan ajaran Yesus bagi kita. Yesus mengajar kita, “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang berbuat kepadamu, perbuatlah demikian kepada mereka.” Apa bedanya ajaran Yesus ini dengan falsafah Tiongkok di atas? Bedanya, kita diajar bukan sekadar TIDAK MELAKUKAN YANG JAHAT kepada orang lain, tapi kita harus secara AKTIF MELAKUKAN SEGALA YANGBAIK kepada orang lain. Inilah kebaikan aktif, bukan pasif! Tidak melakukan kejahatan dan hal-hal yang merugikan orang lain memang baik, namun lebih baik lagi jika melakukan kebaikan bagi sesama!
PANGGILAN TUHAN ATAS hidup kita sudah nyata, yaitu agar terang kita bercahaya di depan orang supaya mereka melihat perbuatan kita yang baik dan memuliakan Bapa di sorga (Matius 5:16). Yesus Kristus telah memberikan teladan kepada kita. Yesus, tak hanya menjaga agar tidak merugikan orang lain, tapi Dia juga melakukan kebaikan-kebaikan kepada banyak orang. Bahkan, kepada orang-orang yang tidak sepaham denga-Nya pun Ia tetap menunjukkan kemurahan hati-Nya. Ia menunjukkan belas kasihan dan menolong orang-orang yang membutuhkan pertolongan-Nya, Ia mengampuni setiap orang yang bersalah, Ia mengasihi orang-orang berdosa. Semuanya itu dilakukan-Nya karena kasih dan tanpa syarat. Yesus memuliakan Bapa-Nya melalui perbuatan baik-Nya. So, tunggu apalagi? Siapa lagi yang melakukannya kalau bukan kita dan kapan lagi lakuinnya kalau bukan sekarang ?! Let’s be the Agents of Kindness! JBU ^_^

#Penulis Artikel: G.L.

Selasa, 02 Juni 2015

Berserah atau Pasrah??


Berserah atau Pasrah?
[Roma 8:35-39]

KITA SERING MENYAMAKAN pasrah dan berserah. Saat berhadapan dengan masalah yang membuat kita seolah menemui jalan buntu. Saat kita diam, tidak melakukan apa-apa, kita berkata bahwa kita sedang berserah. Ada perbedaan antara pasrah dengan berserah. Pasrah adalah bentuk kepasifan, bagaikan orang yang membiarkan dirinya hanyut terbawa arus sampai suatu ketika tersangkut entah dimana. Salahkah menjadi pasrah? Jika kita hidup sekedar pasrah, kita takkan memiliki cukup semangat untuk mengubah keadaan. Sedangkan berserah kepada Tuhan adalah ciri seorang bermental pemenang, yang tetap berpikir optimis meski dalam             kesulitan. Untuk berserah kita butuh iman, tapi untuk pasrah hanya butuh rasa tak berdaya yang pesimistis.
Pikiran kitalah yang seringkali menghalangi kuasa Tuhan bekerja. Saat mengalami masalah berat, pikiran seringkali membuat mental kita semakin jatuh. Akibatnya kita hanya mampu melihat kondisi dari pandangan kita sendiri dan bukan dari kacamata firman-Nya. Padahal, firman Tuhan mengatakan bahwa di dalam segala kesulitan, kita lebih daripada orang-orang yang menang. Halangan dan masalah sebesar apapun dan bagaimanapun bentuknya tidak dapat memisahkan kita dari kasih-Nya. Itulah yang menjadikan kita lebih dari pemenang. Bukan karena kedigdayaan kita sendiri, tetapi karena kasih Kristus yang menjaga dan memelihara, ada didalam hidup kita.
PENDERITAAN YANG BERTUBI-tubi dapat membuat orang kecewa dan meninggalkan Tuhan. Inilah pentingnya menyadari siapa kita menurut Firman Tuhan. Menjadi pemenang itu bukanlah mengikuti undian berhadiah dan selalu menang. Menjadi pemenang adalah seperti para atlet yang harus jatuh-bangun dan siap kalah, namun tak pernah menyerah. Demikianlah seharusnya kita menghadapi hidup. Meskipun realita tampak berbeda, namun dengan mata iman kita tahu bahwa kita sedang dalam proses menuju kemenangan. Kita tahu bahwa apapun yang terjadi, kasih Kristus takkan meninggalkan kita, dan dengan pemahaman itu kita akan bertahan hingga akhir. Well, udah pahamkan kalo berserah beda dengan menyerah? So, stay strong and faithful in Jesus Christ yo guys?! JBU ^_^
#Penulis Artikel G.L