Tidak Menjadi Batu Sandungan
Dalam menjalani aktivitas kita
sehari-hari, tentu kita pasti sering merenung dan bergumul, apakah sikapku
menjadi batu sandungan atau tidak?. Tentu sikap yang menjadi batu sandungan
adalah penyebab orang tersandung. Karena kita orang lain tersandung dan jatuh
dalam keterpurukan. Penting bagi kita menyadari apakah sikap kita akan menjadi
batu sandungan bagi orang lain atau tidak. Alangkah sangat baik bagi kita
menyenangkan hati Allah dengan menjadi saluran berkat-Nya bagi setiap orang,
bukan malah sebaliknya yaitu menjadi batu sandungan. Nah, berikut ini ada 5 hal
yang akan membukakan pikiran kita dan menyadarkan kita apakah kita menjadi batu
sandungan bagi orang lain, atau menjadi batu pijakan bagi setiap orang.
Semua
tindakan dan sikap kita alangkah lebih baik dibatasi oleh kasih kita kepada
Kristus yang telah terlebih dahulu mengasihi kita. Dalam arti, ketika kita
mengetahui sikap kita (Mungkin) tidak berkenan di hadapan-Nya, maka sebaiknya
tidak kita lakukan. Ingat akan hukum utama yang Tuhan Yesus ingatkan kepada
kita yaitu “Kasihilah sesamamu manusia seperti kamu mengasihi dirimu sendiri”,
jika kita mengasihi seseorang tentu kita tidak akan melakukan hal yang tidak ia
sukai, kita tidak akan melukai hatinya. Sebaliknya, kita akan berjuang
melakukan segala sesuatu yang menyenangkannya.
2.
Memikirkan
Yang Orang Lain Pikirkan
Hal
yang juga harus menjadi pertimbangan adalah status dan jati diri kita yang kita
miliki (Orang Kristen), apa yang orang lain pikirkan tentang kita mengenai itu.
Ambil sikap dengan memposisikan diri menjadi orang lain yang memperhatika sikap
dan tingkah laku kita, apakah baik atau tidak?. Kita tidak hidup sendiri, tentu
mau tidak mau, pemikiran dan penilaian orang lain juga harus dipertimbangkan.
Apalagi kita adalah dutanya Kristus.
3.
Menghargai
Norma dan Tradisi
Selama
tradisi dan budaya dimana kita berada itu baik dan tidak bertentangan dengan
firman Tuhan, maka tradisi dan budaya itu juga merupakan tolak ukur yang baik.
Tidak ada salahnya mengucapkan “Permisi” ketika kita mencari celah untuk
melewati sekerumunan orang banyak, bukan? Tidak ada salahnya juga kita
membungkukkan badan ketika harus melalui orang yang sedang duduk ramai-ramai.
Apalagi etika bicara kita dan tingkah laku kita kepada orang lain, tentu itu
akan menjadi penilaian orang lain bagi kita. Nah yang sering menggunakan
jejaring sosial juga perlu, salah satunya dengan memperhatikan “Netiket” yang
ada. Kita adalah duta Kristus, sepatutnya kita menjadi pijakan bukan sandungan
bagi orang lain.
4.
Bermanfaat
dan Membangun
Segala
sesuatu yang kita lakukan harusnya bermanfaat, berguna, dan membangun, bukan
malah melakukan perbuatan yang memunculkan gunjingan dan menjadi batu sandungan
bagi orang lain (1 Korintus 10:23). Oleh sebab itu kita sebagai orang Kristen
dituntut untuk tidak sembarangan dalam bertindak dan merespon suatu keadaan.
Ketika kita dijatuhkan, jangan izinkan hati menerima kejatuhan, karena ketika
kita lemah orang lain akan semakin menghina kita. Justru dengan guncangan itu,
kita dapat bangkit dengan akal budi kita dan menjadi teladan bagi orang lain.
Tidak ikut-ikutan dengan dunia ini.
Dalam
mengerjakan atau melakukan segala hal, baiknya dilakukan dengan tidak
setengah-setengah (suam-suam kuku). Apa pun yang menjadi tanggung jawab kita,
entah itu di keluarga, tempat tinggal, kampus, organisasi & persekutuan
(IMKP), dan lain-lain, kerjakanlah dengan sebaik mungkin dan sepenuh hati.
Apapun peran kita, entah itu sebagai ayah, ibu, anak, karyawan, pelayan, mahasiswa,
warga negara, dan sebagainya, hendaklah dijalani secara total (Penkhotbah
9:10). Apabila diberi tanggu tanggung jawab, maka kerjakan dengan sepenuh hati
layaknya mengerjakan pelayanan yang dipercayakan kepada kita. Maka Kristus pun
akan dimuliakan.
Mari kita sama-sama berjuang untk
dapat menjadi batu pijakan bagi orang lain dengan sikap yang tidak menyandung
orang lain. Dari hal diatas maka ambil sikap yang mau memberi diri untuk Tuhan
kita Yesus Kristus dan melayani dengan hati yang sungguh, maka hidup ini akan
dipenuhi berkat yang berlimpah-limpah. Tiada alasan bagi kita untuk tidak mampu
melakukan perbuatan baik dalam segala hal, karena Kristus telah memampukan
kita. Jangan menjadi batu sandungan, karena kita tidak akan menghasilkan
apa-apa, jadilah batu pijakan yang tentu akan membawa berkat bagi orang lain.
“Ketika kita izinkan hati ini lemah, maka kita lah yang salah. Jangan menyerah
dengan komitmen itu, karena Tuhan tidak salah.”