Sabtu, 29 Agustus 2015

Pelangi setelah Badai



Pelangi setelah Badai
(Ayub 42:1-17)

            Sejak lahirku aku tumbuh dalam keluarga Kristen yang cukup bertumbuh dalam iman. Orangtuaku dua-duanya adalah pegawai negeri sipil di pelosok negeri ini. Ayahku seorang Guru, begitu juga dengan Ibuku. Ayah adalah sosok yang sangat menjadi idola dalam hidupku, sejak kecil berumur 4 Thn. ia telah ditinggal oleh kakek dan nenek karena telah dipanggil oleh Tuhan Yesus. Ayah adalah anak bungsu dari 5 bersaudara, sejak kecil ia berjuang hidup di kampung dengan hidup mengharapkan belas kasih keluarga-keluarga yang ada di kampung, maklum masa itu kira-kira Thn 1969, bahkan Agama belum ada di desaku, hidup masih di hutan-hutan dan nomaden, pakaian masih menggunakan kulit kayu, ketika ia mulai beranjak usia ia dibawa di kecamatan (Sekarang Kota Kecamatan) diasuh oleh kakak pertamanya, ayah sudah puas merasakan budaya dayak yang sesungguhnya, bahkan hingga masuk di sekolah dasar pada saat itu ia masih menggunakan celana adat dayak dari kulit kayu (Kepoa) dengan baju kain yang lebar hingga tidak terlalu nampak, dan sering dihina orang-orang. Sejak kelas 5 sekolah dasar ia memutuskan untuk hidup mandiri, membuat ladang sendiri, mencari uang sendiri untuk biaya sekolah dan hidupnya. Ketika menyelesaikan SD nya ayah memutuskan untuk merantau ke Ibu Kota Provinsi Kalbar saat ini, ia tinggal dengan konsulat Malaysia dan membantu di rumah tersebut dengan itu ia tidak perlu membayar uang sekolahnya dan bisa meneruskan pendidikannya. Ketika ku dengar cerita ayah tentang dirinya, aku begitu bersyukur dengan kehidupanku saat ini. Ayah bahkan rela mencuci tumpukan piring ibu kantin hanya untuk mendapatkan 1 mangkuk mie goreng setiap hari saat ia sekolah untuk mengganjal perut laparnya karena tidak ada uang jajan. Ayah mulai aktif di gereja, bahkan pernah menjadi ketua pemuda-pemudi di gereja. Dan ia hidup dengan keras dan disiplin hingga bisa menjadi sosok yang sangat aku kagumi saat ini.
Begitu juga Ibuku, ia lahir dari keluarga tidak mampu bahkan sangat tidak berkecukupan. Dan meneruskan pendidikannya dengan hidup di panti asuhan pemerintah pada 26 tahun yang lalu. Ayah adalah seorang tokoh injil di tempat kami, Ibu adalah guru Agama Kristen di desa kami bahkan 4 hari jalan kaki untuk bersekolah menuju Kota Kabupaten saat ini mereka tetap tersenyum. Hal yang tidak mampu ku bandingkan dengan yang kurasakan saat ini, bila aku ada diposisi mereka mungkin mereka tidak dapat menghidupi dan mencukupkan biaya pendidikan kami anak-anaknya. Aku bahkan tidak pernah kekurangan kasih sayang dari mereka. Aku dididik keras, harus disiplin, kerja keras, dan tertanam di jiwaku kata “Jangan Menyerah!” dan diajarkan selalu hidup sederhana. Saat kecil sudah biasa dididik ketika melakukan kesalahan yang berat dengan seuntai rotan yang membuat kulit ini biru hingga kelas 1 SMA. Namun begitupun kasih sayang mereka, tiada habisnya kepadaku. Hingga 3Thn yang lalu aku gagal meraih cita-cita ingin berada di Institut milik pemerintah. Aku sempat putus asa, mulai mengenal dunia yang tidak berkenan di hadapan Tuhan Yesus, hidup turut dengan dunia, sempat ingin tidak melanjutkan pendidikan. Setelah 1 tahun telah berlalu aku mencoba melanjutkan pendidikan atas desakan ibuku, dengan maksud agar aku mengisi masa mudaku, dan singkat cerita akhirnya aku bertemu dengan persekutuan di kampus yang semakin mengubahku menjadi dekat dengan-Dia. Yang awalnya aku berfikir aku tidak dipedulikan Tuhan, doaku tidak didengarkan Tuhan, pengharapanku pada Tuhan Yesus mulai memudar namun akhirnya aku kembali dalam dekapan kasih-Nya, menemukan tujuan-Nya dalam hidupku, dan aku diperbaharui kembali.
Aku sadar akan perjuangan keluargaku (ayah dan ibu) bahwa Tuhan Yesus tidak selalu menjanjikan pelangi menghiasi hidupku. Aku akhirnya mengerti Tuhan Yesus tidak selalu menjanjikan dihati ada jawaban pasti saat ku berdoa dan menanti. Dan aku ingat “Beserta Tuhan Yesus badai akan berlalu, taklukkan gelombang hidup ini, dan Ia selalu genggam tangan kita disaat kita tidak mampu, hingga akhirnya ada pelangi yang indah menanti dibalik badai yang kita lalui.” Tuhan Yesus memang tidak menjanjikan ketika kamu hidup menjadi seorang Kristen, kamu tidak akan mendapatkan masalah, tidak akan mendapatkan musibah, tidak akan gagal, dan masih banyak yang lainnya. Tuhan Yesus tidak menjanjikan semuanya itu! namun janji-Nya adalah “Ia setia bersama kita dalam apa pun yang kita rasakan”. Tuhan Yesus pasti sedih melihat ketika kita putus asa, ketika kita lari daripada-Nya dalam setiap kesesakkan dan keterpurukan kita, namun kita juga mestinya tahu Tuhan Yesus tidak meninggalkan kita. Tuhan Yesus hanya ingin berkata “Nak, Bapa bersamamu. Jangan takut, berjuanglah! Aku akan selalu menyertaimu. Kamu hanya perlu minta pada-Ku dan terus berjuang nak...”. Tuhan tidak menjanjikan ada jalan singkat ketika badai hidup menerpa, namun percayalah bahwa ketika kita berjuang keras melaluinya, pasti akan ada pelangi yang indah dan langit yang cerah setelah badai yang kita lalui.

(Roma 8:28-30)
8:28 Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.
8:29 Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.
8:30 Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.

Allah selalu memiliki maksud baik atas setiap apa yang kita alami dalam hidup ini. “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.” Filipi 4 : 6.


#Penulis Artikel: B.A

Kamis, 27 Agustus 2015

Tulisan Untuk IMKP

Shaloom sobat IMKP.
Apa kabarnya nih???
Dikepengurusan periode ini, kita bisa berpastisipasi langsung lhoo dalam kegiatan-kegiatan dan agenda IMKP.
Nah salah satunya, dikepengurusan ini kita boleh membuat artikel pelayanan, renungan, dan lain-lain yang memberkati.
Setiap artikel dikirim ke E-Mail IMKP yaah, di imkpfisipuntan@gmail.com atau bisa juga langsung serahkan Filenya kepada pengurus IMKP. ^_^
Bagi yang mengirimkan artikel dan artikelnya dipilih oleh pengurus akan mendapat cinderamata menarik dari pengurus IMKP FISIP UNTAN.
Oh iya artikelnya harus memperhatikan beberapa aspek yaaaah! sebagai berikut,
1. Karya Pribadi
2. Ada doktrin Alkitabiahnya
3. Dilarang Jiplak-jiplakan punya orang
4. Terkait Pelayanan Kristus
5. 1 Halaman
6. Singkat, Padat, dan Jelas.
7. Menggunaan ejaan yang baik dan benar.
Contoh-Contoh Artikelnya bisa dilihat di Blog imkpfisipuntan.blogspot.com (Penulis dengan Kode: G.L= Gita Lim, B.A=Boby Alkadita)
Jangan lupa sertakan juga Nama, NIM, Jurusan, Prodi, dan Angkatan.
(Catatan: Ini khusus Anggota IMKP saja) Tuhan Yesus Memberkati.

Rabu, 26 Agustus 2015

Life is an Adventure




[Kejadian 2:15; 12:1-3]

TERTULIS TEMA SEBUAH iklan. Hidup adalah sebuah petualangan. Kata-kata yang diucapkan adalah sebagai berikut: Kuingin menjalani hidupku, hingga batas tertinggi. Membuka mataku untuk menjadi semua yang aku bisa jadi. Menempuh jalan yang belum ditempuh. Bertemu wajah-wajah yang tidak dikenal. Merasakan hembusan angin, menyentuh bintang di langit. Aku berjanji untuk menemukan diriku sendiri. Berdiri tegak penuh percaya diri. Meraih dan mendapatkan semua mimpi. Hidup adalah sebuah petualangan. Life is an Adventure.
Apa yang dikatakan iklan tersebut memang tidak salah. Tuhan tidak menciptakan kehidupan yang statis. Tuhan juga tidak menciptakan kehidupan manusia seperti robot. Tuhan menciptakan manusia dengan akal dan perasaan yang bisa dikembangkan sampai begitu luas. Sebenarnya kecenderungan untuk berpetualang sudah ada sejak kita masih kanak-kanak. Kita dilahirkan dengan perasaan ingin tahu dan ingin mencoba. Dan ketika kita dewasa, Tuhan mengizinkan kita menerima tanggung jawab ini dan itu, sehingga mau tidak mau kita harus memutar otak dan mencoba banyak hal untuk memenuhi tanggung jawab tersebut. Tuhan tidak menghendaki kita untuk berdiam diri, tinggal di “zona nyaman”, apalagi menyerah pada nasib. Kepada Abraham, Tuhan memerintahkan untuk meninggalkan habitatnya. Bukan hal yang mudah, namun Abraham tetap melakukannya. Petualangan Abraham bukan hanya berpindah dari satu tempat ke tempat lain, tetapi juga dari segi akal budi dan keterampilan agar dia bisa bertahan hidup. Demikian juga harapan Tuhan untuk bangsa Israel. Tuhan mengajak mereka berpetualang dengan meninggalkan Mesir dan menghadapi tantangan baru. Tuhan mengajar mereka untuk tidak lagi bekerja sebagai pembuat batu bata bagi kepentingan Firaun dan Mesir, tetapi sebagai bangsa yang bebas dan berkreasi. Tuhan mengajar mereka untuk tidak lagi menjadi orang asing atau pendatang, tetapi menjadi orang yang memiliki tanahnya sendiri. Tetapi, untuk mencapai semua hal itu, mereka harus tekun, tahan banting, kreatif, dan selalu bersandar pada Tuhan. Sayangnya, sebagian besar dari mereka tidak mencapai puncak petualangan tersebut. Ini disebabkan karena hati mereka terus terpaut pada “zona nyaman” di Mesir.
KITA HARUS TERUS berpikir untuk mencoba hal-hal baru. Jangan biarkan diri kita “manja”. Jika ingin maju, kita harus memutar otak, mengasah keterampilan, mengerjakan apa yang bisa dikerjakan dan menghasilkan karya-karya baru. Mungkin ada banyak tantangan, tetapi kita tidak boleh mundur. Kita juga harus tetap bersandar pada Tuhan dan firman-Nya, karena hal itulah yang akan mengerem kita jika kita salah melangkah. Well, stay blessed and keep be a blessing. JBU ^_^
#Penulis Artikel: G.L