1
Korintus 13:1-13
Apakah
kita pernah menyesal melakukan perbuatan baik? Apakah kita pernah merasa kita
melakukan kebaikan kepada orang yang salah? Apakah kita pernah mempertanyakan
bagaimana kebaikan yang kitaa lakukan apakah dibalas baik? Apakah ada yg
diharapkan ketika melakukan perbuatan baik? Apakah kita menyesal terlalu baik kepada orang yang tidak disukai? Apakah kita
pernah berkata harusnya saya tidak boleh terlalu baik kepada semua orang, nanti
dimanfaatkan. Semua pertanyaan diatas membuat kita mempertimbangkan kebaikan
dan kasih itu. Lantas apakah itu yang dinamakan kasih? Berbuat baik atau
mengasihi karena ada anu-anu, ini-ini, dan itu-itunya apakh itu mengasihi?
Seringkali kita terperangkap dalam pemahaman yang salah. Kasih itu tidak
mengharapkan sesuatu dari orang yang dikasihi. Kata orang jangan terlalu baik,
nanti kita dimanfaatkan memang menurut dunia itu yang terbaik, namun jika
dikembalikan pada Alkitab semuanya itu tidaklah benar. Berbuat baik harusnya
dengan kasih dan kasih tidak mengharapkan apa pun, apabila kita melakukan kebaikan
dengan sedikit pemikiran untuk mendapatkan sesuatu atau mendapatkan sebuah
pujian atau semua yang kita fikirkan semuanya itu bukanlah kasih. Namun juga
kita harus dapat menggunakan akal budi kita yang Tuhan berikan ketika akan membantu,
apakah itu bermanfaat, baik, atau malah sebaliknya? Contoh membantu yang tidak
baik adalah menolong sebuah kejahatan, contoh: memberikan contekkan ujian, berbohong
demi menyelamatkan kesalahan orang atau kita sendiri, dan lain-lain. Karena sesungguhnya
untuk hal seperti itu kasih harusnya berfungsi untuk menasihati, memberi
teguran, dan memperbaiki kesalahan bukan malah membantu kejahatan itu.
Kasih
sejati diteladani oleh Tuhan Yesus, nasihatNya kasih, pertolonganNya kasih,
bahkan segala sesuatu dariNya adalah kasih, marahNya pun ketika dibait suci
saat orang menggunkannya untuk bertransaksi juga adalah kasih, segala
seauatunya mengenai Yesus adalah kasih sejati, terlebih pengorbanannya di kayu
salib bagi kita.
#Boby
Alkadita